Rabu, 28 Juli 2010

Asal usul Kota Pekalongan

Dalam cerita “Asal usul kota Batang” dikisahkan bahwa Raden Bahu telah sukses menjalankan perintah Sultan Mataram yaitu membuka hutan Roban untuk dijadikan lahan pertanian dan juga telah membuat bendungan sebagai pengairannya. Sesampainya Raden Bahu di kesultanan Mataram, maka ia disambut dengan suka cita oleh sang Sultan dan rakyatnya.

“Engkau telah melaksanakan tugasmu dengan baik, namun masih ada tugas lain menantimu” kata sang Sultan.

“Hamba sedia setiap saat sultan” jawab Raden Bahu.

“Pergilah ke desa Kali Salak, jemputlah putri Dewi Rantansari” perintah Sultan

“Hamba laksanakan” jawab Raden Bahu

Demikianlah Raden Bahu menjalankan tugas kedua yaitu menjemput seorang putri dari desa Kali Salak untuk dijadikan istri selir sang Sultan. Desa Kali Salak merupakan sebuah desa yang terletak beberapa kilometer sebelah barat dari Kali Sambong.

Setelah sampai di desa Kali Salak, ternyata Dewi Rantansari tidak mau diboyong ke Mataram untuk dijadikan selir sang Sultan namun justru ia terpikat oleh Raden Bahu. Mungkin ia sudah mendengar akan kisah Raden Bahu dari orang-orang di sekitarnya mengingat letak desanya tidak begitu jauh dari tempat dimana Raden Bahu membuat bendungan dalam tugas pertamanya (kini Kali Salak masuk wilayah kabupaten Batang). Sebenarnya secara diam-diam Raden Bahu juga menaruh hati terhadapDewi Rantansari. Pertama bertemu, hatinya langsung tersangkut dan terpikat akan kecantikannya. Namun Raden Bahu menahan diri mengingat sang putri merupakan calon istri (selir) dari sultan, penguasa tanah Jawa. Namun tanpa disangka ternyata justru Dewi Rantansari lah yang terlebih dulu menunjukkan sikapnya yaitu tidak mau diboyong ke Mataram akan tetapi lebih memilih Raden Bahu.

Raden Bahu bingung antara memilih tugas yaitu memboyong gadis yang sudah terlanjur mencuri hatinya atau menuruti kata hatinya yaitu

Disela-sela kegelisahan Raden Bahu, maka Dewi Rantansari mempunyai ide. Dia memberitahu bahwa di sebelah barat desanya, tepatnya di desa Kali Beluk (kini masuk wilayah Warungasem, Batang), juga ada seorang putri yang tidak kalah cantiknya dengan dirinya yang bernama Endang Wuranti. Dewi Rantansari menyarankan agar Endang Wuranti yang diboyong ke Mataram. Ternyata ide ini bisa diterima oleh Raden Bahu. Maka berangkatlah Raden Bahu ke desa Kali Beluk. Ternyata Endang Wuranti mau diboyong ke Mataram untuk dijadikan selir Sultan, namun ia harus mengaku sebagai Dewi Rantansari.

Singkat cerita sampailah Raden Bahu dan Endang Wuranti di Mataram. Namun ternyata penyamaran Endang Wuranti menjadi Dewi Rantansari dapat diketahui oleh sang Sultan. Maka marahlah sang Sultan baik kepada Raden Bahu. Sang Sultan merasa telah dibohongi dan dikhianati oleh Raden Bahu, maka secara diam-diam Sultan ingin membalas sakit hatinya kepada Raden Bahu. Maka dikirimlah Raden Bahu untuk menyerang VOC (Vereenigde Oost Indishe Compagnic / Perserikatan Maskapai Hindia Timur) di Batavia.

Maka berangkatlah Raden Bahu beserta pasukannya untuk menyerang Batavia. Untuk tugas ini, Raden Bahu mengawalinya dengan bertapa seperti kalong / kelelawar (bahasa Jawa : topo ngalong) di hutan Gambiran (sekarang : kampung Gambaran letaknya disekitar jembatan Anim dan desa Sorogenen).

Dalam pertapaannya diceritakan bahwa Raden Bahurekso digoda dan diganggu Dewi Lanjar beserta para prajurit siluman yang merupakan pengikutnya. Namun semua godaan Dewi Lanjar beserta para pengikutnya dapat dikalahkan bahkan tunduk kepada Raden Bahurekso. Kemudian Dewi Lanjar, yang merupakan utusan Ratu Roro Kidul memutuskan untuk tidak kembali ke Pantai Selatan, akan tetapi kemudian memohon ijin kepada Raden Bahurekso untuk tinggal disekitar wilayah ini. Raden Bahurekso memenuhi permohonan ini bahkan Ratu Roro Kidul juga menyetujuinya. Dewi Lanjar diperkenankan tinggal dipantai utara Jawa Tengah. Konon letak keraton Dewi Lanjar dipantai Pekalongan sebelah sungai Slamaran. Sejak saat itu, daerah tersebut terkenal dengan nama Pekalongan yang berasal dari kata Topo Ngalong.

Komentar Pengunjung :

1 komentar ke “Asal usul Kota Pekalongan”
Gondem mengatakan...
pada tanggal 

koq beda crita dengan yg saya baca td di blog sebelah :(

Posting Komentar

 
 

  Copyright © Dongeng 1001 Malam kumpulan dongeng dan cerita yang beredar di masyarakat